Sunday, May 30, 2004

Virus dan Worm: Dahsyatnya Kekuatan Kata-Kata!

Oleh: Wicak Hidayat,spesial untuk TechnoMedia

Coba ingat, tahun 2003 lalu dunia internet diserbu oleh virus dan worm
dalam jumlah besar. Akibatnya, perusahaan-perusahaan di dunia merugi jutaan dolar.
Energi dan waktu tersedot untuk membersihkan komputer dari infeksi.
Beberapa nama ini, tentu masih cukup segar dalam ingatan: MSBlaster, Slammer dan Keluarga Besar SoBig.

Ini yang tidak dilihat orang di permukaan. Worm, virus dan program
jahat lainnya hanyalah barisan kata-kata. Kok bisa?

Sederhananya begini: Virus, worm de el el adalah program komputer.
Setiap program komputer disusun oleh kode sumber, kode sumber tersebut adalah kata-kata. Seperti puisi, kata-kata ini tidak mudah dimengerti awam
tetapi tetap mampu dikenali sebagai kata-kata.

Bagi komputer, kata-kata itu lebih tidak dimengerti lagi. Mesin ini
hanya bisa membaca digit, pulsa-pulsa elektronik yang mewakili 'nol' dan 'satu'. Kata-kata itu hanya mampu dibaca oleh sebuah penerjemah bernama compiler yang menyusun kata-kata itu dalam bahasa yang mudah dimengerti komputer.

Konsepnya sederhana, seperti seorang tamu negara dari negeri asing yang
berbicara lewat penerjemah. Tapi efeknya dahsyat! Kata-kata itu hidup
dan menghidupkan mesin bodoh bernama komputer.

Di tangan pembuat virus/worm, kata-kata itu lebih dahsyat lagi. Karena
dunia saat ini sudah sedemikian ruwetnya tercampur oleh komputer. Seperti pensil dan kertas, komputer hadir ditengah peradaban umat manusia dan menyatu tanpa malu-malu. Komputer sudah semakin diandalkan oleh umat manusia dalam menjalankan kerja sehari-hari mereka.

Dalam keadaan itu, barisan kata-kata pembuat virus mampu meruntuhkan
infrastruktur Teknologi Informasi: mengganggu jadwal penerbangan,
mengusik telepon darurat 911 yang kesohor di Amerika Serikat, bahkan membantai beberapa jaringan telepon. Dan, yang paling mengerikan, kata-kata yang hidup itu mampu merusak ATM

Bayangkan! Virus, worm, trojan dan program jahat lainnya, mereka
hanyalah produk kata-kata. Namun seperti kata pepatah tua: kata-kata dapat lebih tajam dari pedang

Tuesday, May 25, 2004

Windows XP Indonesia: Kali Ini Bill Gates Kalah Start dengan Linux

Jakarta, Sinar Harapan

Setelah sekian lama digodok, akhirnya sistem operasi Windows XP Bahasa Indonesia rampung dikerjakan. Ternyata penerjemahannya belum sepenuhnya dilakukan. Ini bukan pertamakalinya ada sistem operasi berbahasa Indonesia. Linux sudah lebih dulu mencuri start.

Kalau tak ada aral melintang, 10 Juni mendatang Windows XP Bahasa Indonesia resmi dirilis di Indonesia. Jangan kecewa, penerjemahan menu-menunya belum mencakup keseluruhan alias full localized. “Ini masih tahap enablement, hanya proofing tools saja. Masih sampai pada level sistem operasi saja. Sedangkan program seperti Microsoft (MS) Words, Excel atau Power Point belum,” jelas Wesly Sumenap, Desktop Product manager Microsoft Indonesia kepada pers di Jakarta belum lama ini.

Belum Keseluruhan
Itu berarti, pengindonesaan belum mencakup user assistance (help menu), Visual basic Administrator, Online Service, tambahan add-ins seperti Smart Tag, Macros dan sebagainya. Menu Windows update, Security Faxes juga masih dihadirkan dalam bahasa Inggris. Wesly menandaskan bahwa tahap ini merupakan permulaan dari penerjemahan. Tahap selanjutnya adalah partial localization, dimana pelokalan bahasa dilakukan lebih banyak persentasinya. Saat ini versi tersebut baru ada di negara Bulgaria.
Versi full localized Windows sendiri, dimana Windows diterjemahkan 100 persen ke bahasa setempat baru terdapat di 24 bahasa di seantero dunia. Menurut Wesly, dengan diterjemahkan ke bahasa Indonesia diharap penggunaan dan penerapan software Windows XP lebih menarik minat penduduk Indonesia. Bahkan pihak Microsoft yang biasanya mengharamkan download gratis berani menawarkan download sistem operasi ini secara cuma-cuma di situsnya.
Seperti apa itu Windows XP Bahasa Indonesia? Dari penilaian SH, cukup banyak penggunaan istilah baru dalam bahasa kita yang agak membingungkan pengguna. Contoh saja kata “drive” yang diterjemahkan menjadi “kandar.” Orang awam akan terkesima membacanya. Tapi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “kandar” adalah kata dasar dari kendara. Lalu ada lagi kata “tetikus” yang memancing tawa. Jangan terkejut, ini merupakan padanan kata “mouse”. Kemudian ada lagi “wisaya” yang dipadankan dengan “wizard”. Belum lagi “daring” sebagai persamaan atas kata “online”. Penerjemahan setiap kata memang tidak sama persis dengan arti sesungguhnya, melainkan sedikit “miring.” Misal saja kata “introduction” tidak diterjemahkan sebagai “pengenalan”, melainkan “pendahuluan.” Isinya bukan dalam format latar belakang, tujuan, metoda, melainkan sekadar pengenalan isi.
Berdasar paparan Wesly, terjemahan tersebut diverifikasi oleh badan linguistik dari instansi pemerintah yang tak ia sebutkan namanya. Pendekatan linguistik dalam pengembangan kosa katanya dilakukan sejak Agustus 2003 silam. Ini berarti mereka memakan waktu sekitar tujuh bulan demi menggodok sistem operasi berbahasa lokal tersebut.
Bicara soal sistem operasi berbahasa Indonesia, sebenarnya Microsoft bukan pihak yang pertamakali melakukan. Tahun 2002, sistem operasi Linux yang open source sudah memulai lebih dulu. Lokalisasi bahasa itu dikenal dengan program WinBI, dikerjakan 100 persen oleh putra-putri Indonesia. Beda dengan Windows, sistem ini 100 persen pula dibahasa Indonesia-kan.

Bukan yang Pertama
“Dalam kurun waktu tiga bulan kami komunitas Linux bekerjasama dengan Balai Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) berhasil merampungkannya. Hasilnya sebuah sistem operasi berbahasa Indonesia yang gratis dibagikan bagi rakyat,” ujar I Made Wiryana, pengajar Universitas Gunadarma yang waktu itu tergabung dalam tim pembuat WinBI kepada SH dalam kesempatan berbeda.
Sayang beribu sayang proyek ini bisa dikatakan gagal akibat kurang komersil. Menurut Made, WinBI identik dengan proyek pemerintah, dengan dana pemerintah pula. Bahkan semua database penerjemahan disediakan secara gratis dan bisa diakses oleh orang yang berkepentingan. Namun kembali karena kurang bernilai komersil, maka kurang pula mendapat sambutan. Bahkan WinBI teramat identik dengan milik pemerintah sehingga orang berpikiran program tersebut hanya boleh dipakai oleh pemerintah saja.
Padahal spesifikasi komputer yang dibutuhkan untuk memakai WinBI sangatlah simple. Cukup komputer dengan prosesor 486 ke atas atau yang kompatibel dengan RAM 32 MB ke atas. Harddisk minimal 1.5 GB bila termasuk semua aplikasi perkantoran, internet, multimedia dan sebagainya.
Penerjemahannya sudah full localized, dalam artian mencakup keseluruhan menu. Mulai dari komponen user interface. Hal ini meliputi, menu, tombol, pilihan pada menu, judul Window dan beberapa komponen user interface lainnya. Juga pada warning message (peringatan, dan pesan kesalahan). Kalimat terjemahan yang berupa peringatan atau pesan ini jelas harus diterjemahkan dengan konteks yang tepat. Tidak ketinggalan hingga ke menu Online Help, dimana piranti lunak lunak biasanya memiliki keterangan bantu yang bersifat on-line. Penerjemahan keterangan bantu ini harus mempermudah pengguna, dan jangan hanya memperhatikan faktor benar atau tidaknya dari sisi tata bahasa saja. Di samping itu, faktor format berkas yang digunakan harus juga diperhatikan.

Full Localized
Yang lebih membanggakan, WinBI ini dirilis lengkap dengan buku petunjuk penggunaan. Satu hal yang tidak terdapat pada Windows XP bahasa Indonesia. Buku ini memudahkan pengguna memakai sistem. Pada pekerjaan penerjemahan dokumentasi ini, istilah yang digunakan di buku petunjuk penggunaan harus sama dengan istilah yang ditampilkan oleh program. Bahkan Made dan kawan-kawan juga menyediakan situs web yang berisikan artikel online seluk beluk WinBI.
“Penerjemahan yang baik bukan saja menjaga kaidah bahasa tapi juga perlu dijaga agar istilah tersebut tidak menjadi terlalu ajaib atau jauh dari istilah yang biasa digunakan di awam,” tutur Made yang kini bermukim di Jerman.
Banyak penerjemah yang memahami bahasa Indonesia tapi kurang memahami komputer sehingga bila melakukan penerjemahan maka hasilnya mejadi sulit dipahami. Begitu juga sebaliknya banyak yang pengetahuan komputernya baik, tetapi kemampuan menulis bahasa Indonesianya kurang memadai. Mencari orang yang memiliki pengetahuan komputer, bahasa Inggris dan bahasa Indonesia yang baik adalah tergolong langka.
Selain itu perlu juga menjaga konsistensi penerjemahan pada satu program. Pada satu program beberapa "terminologi" terjemahan digunakan beberapa kali. Dalam satu program ada beberapa frase yang mengacu ke kata “ file” atau “find”. Misal pada kata “temukan” yang merupakan terjemahan dari “find” muncul pada berbagai komponen menu, yaitu pada nama window, check-box, dan pada label. Kata “temukan” tersebut adalah terjemahan dari “find” yang digunakan haruslah sama, jangan berbeda-beda, agar tidak membingungkan. Hal lain yang perlu dijaga konsistensinya adalah penerjemahan antara program dan online help, serta penerjemahan antara program, online help dan buku manual.(SH/merry magdalena)